The Great Flood – Film Korea yang Menggetarkan Emosi Tentang Cinta, Bencana, dan Harapan

The Great Flood

Halo, sahabat pembaca setia! Saya ingin mengajak Anda menelusuri sebuah film Korea yang mengusung tema bencana global sekaligus drama kemanusiaan: The Great Flood.
Dalam gaya saya yang seperti guru berusia 40 tahun yang antusias berbagi, saya akan membahas sinopsis film The Great Flood secara narratif—seakan saya berada di dalam cerita—dan sekaligus mengajak Anda merenungkan beberapa lapisan makna di baliknya.

Latar dan Pembukaan Cerita film The Great Flood.

Watch The Great Flood | Netflix Official Site

Film The Great Flood disutradarai oleh Kim Byung‑woo dan dirilis di festival pada tahun 2025. 
Kisah dibuka dengan gambaran kiamat yang nyata: banjir besar melanda seluruh permukaan Bumi—atau setidaknya wilayah besar di Korea Selatan—dan manusia harus menghadapi hari terakhir mereka . 
Di tengah situasi yang kacau itu, kita diperkenalkan dengan tokoh utama, An-Na (diperankan oleh Kim Da‑mi), seorang peneliti kecerdasan buatan (AI) sekaligus ibu tunggal. 
Kemudian muncul Hee-Jo (diperankan oleh Park Hae‑soo), seorang anggota tim keamanan sumber daya manusia, yang hadir bukan sekadar untuk menyelamatkan satu orang, tapi membawa misteri besar mengenai perannya dan misi di balik penyelamatan itu Wikipedia.

Bayangkan: Anda berada di apartemen biasa, lalu tiba-tiba, dunia Anda terbalik oleh air yang terus naik. Film The Great Flood menangkap momen itu dengan intens—seakan kita berdiri di dalam unit apartemen yang mulai terendam. Review menyebut bahwa adegan pembuka sangat mengguncang.

Konflik Utama & Perjuangan Untuk Bertahan

An-Na bersama anaknya berada di dalam gedung apartemen yang mulai terendam. Air datang dari luar—pertama perlahan, lalu dengan cepat naik dan menerobos ruang aman mereka. 
Hee-Jo datang membawa instruksi: An-Na harus diselamatkan. Namun: mengapa? Siapa yang mengatur semua ini? Misi apa yang menanti An-Na? 
Di dalam pusaran bencana ini, film tidak hanya menampilkan adegan surat-menyurat panik dan evakuasi, tetapi juga mengangkat tema: keluarga, pengorbanan, harapan, dan sains sebagai penyelamat manusia. Ini tidak sekadar banjir—ini adalah krisis eksistensial bagi umat manusia.

Seiring air naik, An-Na dan anaknya harus naik dari lantai ke lantai, menghadapi rintangan fisik (air, gelombang, struktur bangunan yang rusak) sekaligus tantangan emosional (ketakutan akan kehilangan, tanggung jawab sebagai ibu tunggal). Review menggambarkan adegan bawah air dan ledakan gas sebagai puncak ketegangan fisik. 
Sementara itu, Hee-Jo mengungkap bahwa An-Na punya peran penting dalam “penyelamatan umat manusia”—tidak hanya menyelamatkan diri sendiri. Ini membawa film ke ranah sci-fi yang lebih abstrak: bukan hanya bencana alam, tetapi bencana sekaligus teknologi dan manusia.

Puncak & Twist Cerita

The Great Flood | Teaser (Hindi) | Netflix - YouTube

Tanpa memberikan spoiler terlalu detail (karena tentu Anda ingin menontonnya sendiri), film The Great Flood bertransformasi dari “film bencana” klasik menjadi “film sci-fi yang mengundang pertanyaan”. Review menyebut bahwa setelah bagian awal yang kuat, narasi melebar ke wilayah yang agak membingungkan—namun tetap penuh aksi. 
Tokoh An-Na harus menghadapi pilihan: apakah hanya untuk menyelamatkan anak dan dirinya, ataukah untuk sesuatu yang lebih besar? Hee-Jo yang awalnya tampak sebagai “penyelamat” pun memiliki agenda yang tak sepenuhnya terang di awal.
Situasi “sehari terakhir di bumi” muncul sebagai motif: waktu terbatas, harapan tipis, pilihan besar harus diambil. 
Dan di situ muncul pertanyaan moral: Jika bumi akan Tenggelam, apa yang layak diselamatkan? Apa yang pantas dipertaruhkan? Apakah teknologi (AI) dapat menggantikan atau melengkapi kemanusiaan?
Film ini menuntun kita melalui adegan-adegan ekstrem: air yang menembus jendela, apartemen yang seperti kapal yang terbalik, manusia yang melompat dari lantai ke lantai, hingga akhir yang menyisakan ruang untuk refleksi. Review menyebut bahwa meskipun visual efeknya cukup spektakuler, narasi sci-fi-nya bisa terasa “membingungkan namun tak membosankan”.

Karakter dan Transformasi

An-Na
Sebagai ibu tunggal dan peneliti AI, An-Na pada awalnya tampak dingin, fokus pada pekerjaannya, terpisah dari dunia emosional secara penuh. Tetapi bencana yang terjadi memaksa dia menghadapi sisi kemanusiaan dirinya: bagaimana melindungi anaknya, bagaimana mengambil keputusan cepat, bagaimana menghadapi kehilangan. Review mengatakan transformasi karakternya menjadi salah satu bagian paling menyentuh film The Great Flood. 
Hee-Jo
Awalnya tampak sebagai figur pelindung, namun seiring cerita berkembang kita tahu bahwa ia punya misi sendiri, dan hubungannya dengan An-Na bukan sekadar “person in peril” dan “rescuer”. Ada lapisan misteri yang menambah ketegangan.
Keduanya bersama-sama menghadapi tantangan fisik sekaligus moral: bagaimana memilih siapa yang diselamatkan, kapan harus menyerah, dan bagaimana menghadapi kenyataan bahwa dunia seperti kita kenal mungkin akan musnah.

Tema & Pesan yang Terangkat

South Korean disaster thriller The Great Flood unleashes trailer

  1. Bencana Alam & Perubahan Iklim
    Film menggunakan banjir besar sebagai metafora ekstrem dari kondisi dunia kita: tekanan alam, manusia yang sering kalah dalam menghadapi kekuatan Alam.

  2. Teknologi & Kemanusiaan
    An-Na sebagai peneliti AI mewakili harapan teknologi untuk menyelamatkan manusia, tetapi film ini juga menegaskan bahwa teknologi saja tak cukup tanpa kemanusiaan—cinta, tanggung jawab, keberanian.

  3. Pengorbanan dan Harapan Terakhir
    Film menyoroti bahwa pada saat terburuk, apa yang manusia pegang? Keluarga, harapan, ikatan antar manusia. Banjir bisa menghancurkan banyak hal, tapi keputusan kecil—menyelamatkan seseorang, berbagi sumber daya, berkorban—tetap punya arti besar.

  4. Pilihan Etis di Situasi Ekstrem
    Kalau dunia akan berakhir, apa yang akan Anda lakukan? Menyelamatkan diri sendiri? Keluarga? Orang lain? Teknologi? Film menuntut kita merenungkan: siapa yang pantas diselamatkan? Siapa yang mengambil keputusan?

  5. Pertarungan Melawan Waktu
    Banjir yang naik lambat tapi pasti, apartemen yang tenggelam lantai demi lantai—semuanya menekankan betapa pentingnya waktu, kurangnya kontrol, dan pentingnya bertindak cepat.

Kesan Pribadi Saya

Sebagai “guru” yang telah menonton berbagai film bencana dan sci-fi, saya merasa The Great Flood memiliki kekuatan visual yang cukup untuk membuat kita menahan napas—adegan air yang naik, jendela yang berembun, teriakan panik, semuanya dirangkai dengan cukup efektif. Review di Busan menyebut bagian awalnya “engrossing and nerve-jangling”.
Namun, setelah bagian awal yang sangat kuat, saya juga merasakan bahwa narasi menjadi sedikit “melebar”—beralih dari survival murni ke sci-fi dengan unsur yang agak abstrak. Bagi sebagian penonton ini mungkin menjadi titik lemah, tapi bagi saya justru menjadi momen refleksi: bahwa bencana bukan hanya fisik, tapi juga eksistensial.
Saya pribadi terkesan bagaimana film The Great Flood mengangkat sosok ibu tunggal yang bukan sekadar korban, tetapi juga agen perubahan. An-Na bukan hanya menunggu untuk diselamatkan—dia punya peran aktif dalam cerita besar ini. Itu membuat saya terhubung secara emosional.
Tentunya, sebagai guru yang kasual, saya juga ingin menyoroti bahwa The Great Flood bisa menjadi bahan diskusi yang bagus: di kelas, di komunitas film, di klub pembaca film Indonesia. Tema-tema yang diangkat relevan bagi kita di Indonesia—negara yang juga rawan bencana alam dan perubahan iklim—sehingga film ini bisa menjadi “cermin” sekaligus “peringatan”.

Kesimpulan

The Great Flood adalah film yang menggabungkan ketegangan film bencana dengan kedalaman film sci-fi dan drama kemanusiaan. Dari memperlihatkan apartemen yang tenggelam hingga mengangkat isu teknologi dan masa depan umat manusia, film ini berusaha membawa penonton tidak hanya untuk “menonton” tetapi juga untuk “merasakan” dan “merenungkan”.
Bagi Anda yang mencari hiburan dengan adrenalin dan sekaligus bahan refleksi—tentang kemanusiaan, pilihan, dan harapan—The Great Flood sangat layak masuk daftar tontonan Anda.
Catatan saya: mungkin ada beberapa bagian narasi yang terasa agak kabur atau ambigu, tapi itu bukan kelemahan fatal—melainkan bagian dari karakter film yang ingin mengajak kita berpikir setelah kredit akhir muncul.

Baca fakta seputar : Movies

Baca juga artikel menarik tentang : Red One: Petualangan Superhero yang Seru dan Penuh Pelajaran Hidup

Author